Tuhan Menurut Ilmu Pengetahuan

SQ Blog - kali ini baru bisa lanjut pembahasan sebelumnya terkait kajian mengenai Tuhan, yaitu Bincang-bincang Mengenai Tuhan dan Konsep Tuhan dalam IslamDalam bahasan kali ini akan mengulas pandangan ilmu pengetahuan tentang Tuhan. Berikut sekilas kajiannya Sobat.

A. KONSEP TUHAN PARA FILOSOF ALAM

Para Filosof Yunani Awal kadang-kadang disebut filosof alam sebab mereka menaruh perhatian pada alam dan proses-prosesnya. Berikut beberapa pandangan filosof alam terkait ketuhanan:
  • Thales; Tuhan ialah air. Bagi Thales, air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada dan yang terjadi, juga akhir dari segala yang ada dan yang terjadi itu.[1]
  • Anaximandros; Tuhan ialah sesuatu Yang Asal, yang tak berkeputusan dan Yang tidak berhingga,[2]
  • Anaximenes; Tuahan ialah Udara,[3]
  • Herakleitos; Tuhan ialah Api,[4]
B. KONSEP TUHAN MENURUT FILOSOF YUNANI KUNO

a. Konsep Tuhan Menurut Socrates

Sistem Socrates untuk membangunkan pengetahuan manusia tentang Tuhan memakai dua jalan. Pertama, berdasar pada bukti-bukti alam. Kedua, dengan alas an-alasan sejarah. Melalui bukti-bukti alam dengan membentangkan pristiwa-pristiwa alam itu sendiri, sedangkan melalui alas an-alasan sejarah dengan mengemukakan tabiat manusia yang dengan sendirinya tertarik kepada adanya Tuhan yang menjadikan, mengatur dan memelihara manusia. Dalam hal ini, Socrates mengemukakan bahwa Tuhan itu sangat besar perhatiannya kepada manusia. Lebih jauh diterangkan oleh Socrates, bahwa Tuhan pencipta alam tidaklah memperhatikan manusia saja. Bahkan Ia adakan pula roh bagi manusia.[5]

b. Konsep Tuhan Menurut Plato

Sebagai murid utama Socrates, ia mengembangkan doktrin gurunya sekaligus menyempurnakan pemikiran-pemikirannya. Menurut Plato, segala keadaan di dunia ini tidak kekal. Oleh karena itu, dunia yang ditempati manusia ini adalah dunia bayangan. Sedangkan dunia cita-cita adalah dunia yang kekal, yang tidak berubah, yang selalu dicari manusia yang berfikir.[6]

Dari sinilah, lahir pandangan konsep Tuhan menurut Plato yang dikenal dengan konsep dunia ide. Menurutnya, alam ada dua, yaitu alam akal dan alam lahir. Gambar-gambar tubuh dan segala yang ada dalam dunia ini adalah ibarat kaca yang menagkap gambar-gambar yang lahir. Dengan demikian, filsafat ketuhanan Plato menekankan untuk menyelami diri-sendiri, sehingga ia akan menemukan citra Tuhan terpantul di dalam ala batinnya sendiri.[7]

c. Konsep Tuhan Menurut Aristoteles

Aristoteles adalah pencetus pertama kali argument kosmologis dengan gagasannya mengenai Penyebab pertama atau Penggerak yang tidak bergerak. Tuhan menggerakkan alam bukan sebagai penyebab efisien, tapi sebagai penyebab final. Ia menyatkan bahwa Tuahn menggerakkan karena dicintai dan segala sesuatu di alam semesta bergerak pula menuju penggerak yang sempurnah tersebut. Teori kosmologis Aristoteles ini kemudian dikembangakan oleh Al-Kindi menjadi dalil Huduts atau argument kabaruan sebagaimana dijelaskan sebelumnya.[8]

C. KONSEP TUHAN DALAM PERSPEKTIF ILMU PENGETAHUAN

a. Sains; Sebuah Pendekatan Memahami Kebesaran Tuhan

Pengetahuan alam, sebetulnya tidak memberikan suatu kesimpulan telanjang kepada para pembahasas masalah-masalah Ketuhanan. Karena objek kajiannya hanya membicarakan hal yang tidak essensial dari wujud-wujud dan tidak sampai mengulas hakikat wujud itu yang memang tidak termasuk ke dalam objek percobaan ilmu tersebut. Namun, sarjana ilmu alam berhak mengemukakan pendapatnya tentang masalah ini sesuai pertimbangan akal, dalil, dana naluri yang sadar.[9]

Albert Einstein misalnya, pernah berkata. “orang-orang yang memiliki kenyakinan agama yang besar disagala zaman mengimami agama tanpa bertumpu pada satu aliran dan tidak membayangkan Tuhan menurut sosok manusia. Bagaimana mungkin rasa keagamaan yang universal itu tanpa membayangkan dalam satu bentuk tertentu? Saya melihat bahwa peranan tertinggi sesuatu profesi ia menggugah perasaan tersebut dan mempertahankannya pada khalayak yang siap menerimanya”. Ungkapan Enstein tersebut menunjukkan keimanannya terhadap eksistensi Tuhan.[10]

Selain Albert Einstein, Sir Oliver Lodge juga beriman terhadap Tuhan dan roh serta menyadari manfaat sembahyang atau berdo’a. Maurice Bucaille, seorang ilmuwan prancis yang juga sangat percaya dengan kekuatan Tuhan. Dalam berbagai risetnya, selalu berdasarkan aturan agama dan petunjuk-petunjuk wahyu, diantaranya Kitab suci al-Quran dan Hadis. 

b. DNA; Kehadiran Sesuatu yang Agung

Kazuo Murakami, seorang ilmuwan DNA kontemporer asal Jepang menyatakan, saya terpaksa mengakui bahwa rahasia keajaiban DNA adalah suatu keajaiban yang jauh melebihi pengertian atau kapasitas manusia. Hal ini membawa saya pada keputusan akan adanya suatu yang lebih besar. Selama lebih dari sepuluh tahun saya menyebutnya sebagai “Sesuatu Yang Agung”.[11]

Menurut Kazuo Murakami, walaupun kita tidak dapat melihatnya, berlangsungnya kehidupan yang terus menerus menunjukkan bahwa kuasa ini ada. Dengan bekerja dalam penelitian genetic, perlahan membuat saya betapa pentingnya memperhatikan kanyataan bahwa kita hidup di dunia ini berkat adanya keberadaan ini, yang telah mendahului keberadaan kita semua.[12]

Admin menyadari bahwa uraian di atas masih sangat terbatas, namun semoga dapat memberikan pemahaman atau setidaknya gambaran umum sekilas diskusi ini.

ENDNOTE

[1] Jostein Gaarder, Dunia Sophie terj. Rahmani Astuti dari judul asli “Sophie’s World” (Bandung: Mizan, 2012), h. 71.
[2] Samudra, Azhari Aziz dan Setia Budi, Hakekat Akal Jasmani dan Rohani Bagian 1 (t.tp.: Yayasan Majelis Ta’lim HDH, 2004), Cet. I, h. 25.
[3] Jostein Gaarder, Dunia Sophie, h. 72.
[4] Samudra, Azhari Aziz dan Setia Budi, Hakekat Akal Jasmani dan Rohani Bagian 1, h. 31.
[5] Hamzah Ya’qub, Filsafat Ketuhanan (Bandung: Alma’arif, 1984), Cet. II, h. 49-50.
[6] Hamzah Ya’qub, Filsafat Ketuhanan, h. 51-52.
[7] Zaprulkan, Filsafat Islam; Sebuah Kajian Tematik (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet. I, h. 77.
[8] Zaprulkan, Filsafat Islam; Sebuah Kajian Tematik (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), Cet. I, h. 78.
[9] Abbas Mahmud Aqqad,  Tuhan Disegala Zaman, terj. M. Adib Bisri dan A. Rasyad dari judul asli “Allah” (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991), Cet. I, h. 267-268.
[10] Abbas Mahmud Aqqad,  Tuhan Disegala Zaman, h. 273
[11] Kazuo Murakami, The Divine Message of the DNA; Tuhan dalam Gen Kita, terj. Winny Prasetyowati dari judul asli “The Divine Code of Live: Awaken Your Genes & Discover Hiden Talents” (Bandung: Mizan, 2007), Cet. III, h. 166.
[12] Kazuo Murakami, The Divine Message of the DNA; Tuhan dalam Gen Kita, h. 169.

Baca Juga:


Ilmu Pengetahuan, Tuhan dalam Ilmu Pengetahuan

Posting Komentar

[blogger][facebook]

SQ Blog

{picture#https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimSap9ccYY8FQp44yNvjVK6lRtOVpD-gpVKKWSk__oyc8ChkbooHIuh52uDXiZGchcOoPlIazgMEjOjQ5r0b-DftM48h8gDub2yWyKzDdH1VSYDrsmbf1qfYgl5hKaEuiAW8WAQeTmErDqcHjIm3C4GJKWRJv52o5uHAW10S2gOWj4o8nMsdahVxSo/s500/sq%20vlog%20official%20logo%20png%20full.png} SQ Blog - Wahana Ilmu dan Amal {facebook#https://web.facebook.com/quranhadisblog} {youtube#https://www.youtube.com/user/Zulhas1}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.