Memuliakan Pembantu dalam Islam

SQ Blog - Memuliakan pembantu termasuk amalan mulia. Berikut keterangan sabda Nabi SAW:

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ وَاصِلٍ الأَحْدَبِ عَنِ الْمَعْرُورِ قَالَ لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ بِالرَّبَذَةِ، وَعَلَيْهِ حُلَّةٌ ، وَعَلَى غُلاَمِهِ حُلَّةٌ ، فَسَأَلْتُهُ عَنْ ذَلِكَ ، فَقَالَ إِنِّى سَابَبْتُ رَجُلاً فَشَكَانَي إِلَى النَّبِيِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ لِي النَّبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ، أَعَيَّرْتَهُ بِأُمِّهِ ؟ ثُمَّ قَالَ : إِنَّ إِخْوَانَكُمْ خَوَلُكُمْ ، جَعَلَهُمُ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ ، فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ ، وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ ، وَلاَ تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ » . (رواه البخاري)

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb, dia berkata, telah mencerikan kepada kami Syu’bah dari Washil Al-Ahdab dari Ma’rur berkata : “saya bertemu Abu Dzar di Rabadzah dan ia mengenakan Hullah begitu juga budaknya. Kami bertanya kepadanya mengenai hal itu, maka dia berkata : “Sesungguhnya Aku mencaci seseorang lalu orang itu mengadukanku kepada Nabi SAW. Maka Nabi SAW bersabda kepadaku : “Apakah engkau mencelanya dengan mencaci Ibunya? Kemudian beliau bersabda : “sunggguhnya saudara-saudara kamu adalah pelayan kamu. Allah telah menjadikan mereka dibawah kekuasaan kamu. Barang siapa yang saudaranya berada didalam kekuasaanya, maka hendaklah memberinya makan dari apa yang dia makan dan memberinya minum dari apa yang dia minum. Janganlah kamu membebani mereka dengan apa yang mereka tidak mampu mereka lakukan. Apabila kamu membebani mereka dengan apa yang diluar kemampuan mereka, maka bantulah”.[1]

a) Keterangan Sumber Hadis

Mengenai hadis diatas, disebutkan di dalam Shahih Bukhari pada kitab Al-Itqu bab sabda Nabi SAW, “budak adalah saudara-saudara kamu, maka berilah mereka makan dari apa yang kamu makan”. Makna kalimat judul bab ini disebutkan oleh Imam Bukhari dari Hadis Abu Dzar. Kami telah meriwayatkan dalam kitab Al-Iman oleh Ibnu Mandah dengan lafash إِنَّ إِخْوَانَكُمْ، فَمَنْ لاَء مَكُمْ مِنْهُمْ فَلْيُطْعِمُوْهُمْ مِمَّا تَأْكُلُوْنَ وَاكْسُوْهُمْ مِمَّا تَكْسُوْنَ) : Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kamu. Barang siapa melayani kamu diantara mereka, maka berilah makan dari apa yang kamu makan dan berilah pakaian dari apa yang kamu pakai).[2]

Abu daud meriwayatkan dari jalur Muwarriq dari Abu Dzar dengan lafash من لاَء مَكُمْ مِنْ مُمْلُوكِكُمْ فَلْيُطْعِمُوْهُمْ مِمَّا تَأْكُلُوْنَ وَاكْسُوْهُمْ مِمَّا تَلْبَسُونَ) : Barang siapa melayani kamu diantara budak-baudak kamu, maka berilah mereka makan dari apa yang kamu makan dan berilah mereka pakaian dari apa yang kamu pakai).[3]

Imam Bukhari meriwaytkan dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad dari jalur Salam bin Amr dari seorang laki-laki dari kalangan Sahabat dari Nabi SAW, beliau bersabda : “أَرِقَاؤُكُمْ إِخْوَانُكُمْ : Budak-budak kamu adalah saudara-saudara kamu”. Dan dari Hadis Abu Al-Yasr (yakni Ka’ab bin Amr Al-Anshari dari Nabi SAW “ أَطْعِمُوْهُمْ مِمَّا تُطْعِمُوْنَ وَاكْسُوْهُمْ مِمَّا تَلْبَسُوْنَ : berilah mereka makan dari apa yang kamu makan dan berilah mereka pakaian dari apa yang kamu pakai”. Kemudian riwayat ini dikutif oleh Imam Muslim.[4]

b) Keterangan Hadis Mengenai Penyebutan Saudara

Lafas خَوَلَ / Khawal adalah pelayan. Dinamakan demikian karena sifat mereka adalah memperbaiki urusan. Dari sinilah sehingga perawat kebun dinamakan Al-Khauli. Ada pula yang mengatakan bahwa Khaul adalah bentuk jamak dari kata Khail yang artinya penggembala. Pendapat lain mengatakan bahwa takhwilnya adalah kepemilikan seperti ungkapan خَوَّلَكَ اللهُ كَذَا) : Allah menjadikanmu memiliki hal ini).[5]

Firman Allah SWT:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا ﴿ سورة النساء : ٣٦﴾

Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh , teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. 

Maksud penyebutan ayat diatas terdapat pada firmannya (وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ : dan hamba sahayamu). Hal ini menunjukkan bahwa hamba sahaya serta istilah lain yang sinonim dengannya adalah orang-orang yang diperintahkan untuk diperlakukan dengan baik sebagaimana saudara dan orang-orang yang dekat dalam hidup kita sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas.[6]

Mengenai hadis di atas, diriwayatkan juga Oleh Imam Muslim di dalam Kitab Shahihnya: 

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ عَنِ الْمَعْرُورِ بْنِ سُوَيْدٍ قَالَ مَرَرْنَا بِأَبِى ذَرٍّ بِالرَّبَذَةِ وَعَلَيْهِ بُرْدٌ وَعَلَى غُلاَمِهِ مِثْلُهُ فَقُلْنَا يَا أَبَا ذَرٍّ لَوْ جَمَعْتَ بَيْنَهُمَا كَانَتْ حُلَّةً. فَقَالَ إِنَّهُ كَانَ بَيْنِى وَبَيْنَ رَجُلٍ مِنْ إِخْوَانِى كَلاَمٌ وَكَانَتْ أَمُّهُ أَعْجَمِيَّةً فَعَيَّرْتُهُ بِأُمِّهِ فَشَكَانِى إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَلَقِيتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ ». قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ سَبَّ الرِّجَالَ سَبُّوا أَبَاهُ وَأُمُّهُ. قَالَ « يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ هُمْ إِخْوَانُكُمْ جَعَلَهُمُ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ فَأَطْعِمُوهُمْ مِمَّا تَأْكُلُونَ وَأَلْبِسُوهُمْ مِمَّا تَلْبَسُونَ وَلاَ تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ ». (رواه مسلم)

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu bakar Bin Abi Sya’bah, telah mencerikan kepada kami Waki’, Telah menceritakan kepada kami Amsyu bin Maqruri Bin Suwaid, dia berkata : “kami melewati Abu Dzar di Rabadzah dan ia mengenakan Burdun begitu juga budaknya. Abu Dzar ra berkata : “pernah terjadi kata-kata kasar antara saya dan saudara saya yang Ibunya bukan bangsa Arab (Sahaya), saya hinakan ia dari segi Ibunya. Lalu dia mengadu kepada Rasulullah SAW. Maka setelah saya bberjumpa Rasulullah SAW, Beliau berkata : “Kamu ini orang yang memilliki sifat Jahiliyah, hai Abu Dzarr”. Kata Saya: Barang siapa yang memaki-maki orang tentu bapak dan ibunya akan dimaki-maki pula.[7] Berkata Beliau : “Sesungguhnya kamu ini orang yang mamiliki sifat jahiliyah, sahaya-sahaya itu adalah saudara kamu pula yang kebetulan dibawah tangan kamu. Maka berilah makan seperti kamu makan, berilah pakian seperti kamu pakai, dan janganlah mereka dipaksa bekerja lebih dari tenaga mereka, jika akan dipaksaka juga mereka harus kamu bantu”.[8]

Matan hadis diatas (H.R. Muslim) memuliki kesamaan makna dengan hadis sebelumnya (H.R. Bukhari). Oleh karena itu, mengenai beberapa penjelasannya dapat merujuk pada uraian sebelumnya. Hanya saja, pada matan H.R. Shahih Muslim disertai tambahan إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ) : Sesungguhhnya engkau seseorang yang memiliki sifat jahiliyah). Peringkasan pada H.R. Bukhari berasal dari Adam (Guru Imam Bukhari), sebab Al-Baihaqi telah meriwayatkan dari jalur lain dari adam sama seperti itu.

c) Keterangan Beberapa Istilah

Berikut beberapa istilah penting dalam hadis diatas:[9]
  1. Rabadzah : Suatu tempat dekat dari Madinah
  2. Hullah : Pakaian yang menutup semua badan
  3. Gulam : Hamba atau Budak
  4. Rajulan : Bilal Al-Habsyi 
d) Ibrah kandungan Hadis

Berdasarkan uraian hadis diatas, terdapat beberapa Ibrah atau pelajaran yang terkandung di dalamnya, diantaranya sebagai berikut:
  1. Larangan mencaci-maki budak dan mencela mereka dengan mengungkit siapa yang melahirkan mereka,
  2. Dorongan untuk berbuat baik dan lemah lembut kepada mereka,
  3. Termasuk dalam hukum budak ini adalah yang semakna dengannya, seperti orang sewaan dan lainnya,
  4. Tidak boleh merasa lebih tinggi dan melemahkan sesama muslim,
  5. Senantiasa memelihara amar ma’ruf nahi munkar,
  6. Menggunakan kata saudara kepada budak. Apabila yang dimaksud dengan kata ini adalah kekerabatan, maka ia berada dalam konteks majas karena semuanya berasal dari Adam.
Daftar Bacaan:
  • Al-Bukhari, Al-Imam Abu Abdullah Muhammad Bin Ismail, Shahih Bukhari, Semarang : CV. Asy-Syifa, 2003
  • An-Naisabury, Muslim Abu Husain Al-Qusairy, Syarah Hadis Muslim, Beirut : Dar Ihya At-Thuraz, 1997
  • Ibnu Hajar Al-asqalani, Al-Imam Al-Hafish, Fathul Bari’ (Pustaka Azzam : Jakarta Selatan), 2005, Cet I
ENDNOTE


[1] Imam Bukhari, Shahih Bukhari (Semarang : CV. Asy-Syifa, 2003), Bab Sabda Nabi SAW “para budak itu adalah saudara-saudaramu maka berikanlah mereka makan seperti kamu yang kamu makan”, Juz III, hal 561
[2] Ibnu Hajar Al-asqalani, Fathul  Bari’ (Jakarta  Selatan : Pustaka Azzam, 2005), Bab  sabda Nabi SAW, “budak adalah  saudara-saudara kamu, maka berilah mereka makan dari apa yang kamu makan”., Juz  14, Cet I,  Hal 245
[3] Ibid, Hal. 245
[4] Ibid, Hal. 245, Bab  sabda Nabi SAW, “budak adalah saudara-saudara kamu, maka berilah mereka makan dari apa yang kamu makan”.
[5] Ibid, Hal. 246-247
[6] Ibid, Hal. 247
[7] Abu Dzar terlabih dahulu dimaki-maki saudaranya itu.
[8] Imam Muslim Abu Husain Al-Qusairy An-Naisabury, Syarah Hadis Muslim (: Beirut : Dar Ihya At-Thuraz, 1997), Juz 3, Hal. 1282
[9] Ibid, Hal. 1282

memuliakan pembantu, berlaku baik kepada pembantu, berlaku baik kepada mba dan sopir, berlaku baik kepada orang lain

Posting Komentar

[blogger][facebook]

SQ Blog

{picture#https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimSap9ccYY8FQp44yNvjVK6lRtOVpD-gpVKKWSk__oyc8ChkbooHIuh52uDXiZGchcOoPlIazgMEjOjQ5r0b-DftM48h8gDub2yWyKzDdH1VSYDrsmbf1qfYgl5hKaEuiAW8WAQeTmErDqcHjIm3C4GJKWRJv52o5uHAW10S2gOWj4o8nMsdahVxSo/s500/sq%20vlog%20official%20logo%20png%20full.png} SQ Blog - Wahana Ilmu dan Amal {facebook#https://web.facebook.com/quranhadisblog} {youtube#https://www.youtube.com/user/Zulhas1}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.