Objek dan Manfaat Kajian Ulumul Hadis

SQ Blog - Hadis menjadi salah satu objek kajian sejak dahulu hingga saat ini. Beragam ilmu bermunculan berkaitan dengan hadis. Berikut ini diuraikan ragam ilmu yang menjadi objek kajian ulum hadis dan manfaat mempelajarinya.

Objek Kajian Ulumul Hadis

a. Ilmu Rijal al-Hadis

Ilmu yang membahas para perawi hadis, baik dari Sahabat, dari tabi’in maupun dari periode sesudahnya. Dengan ilmu ini kita dapat mengetahui keadaan para perawi yang menerima hadis dari Rasulullah dan keadaan para perawi yang menerima hadis dari sahabat dan seterusnya.

Didalam ilmu ini diterangkan “tarikh ringkas” dari riwayat hidup para perawi, madzhab yang dianut oleh para perawi dan keadaan- keadaan para perawi itu menerima hadis.[1] 

b. Ilmu Jarhi wat Ta’dil

Ilmu Jarh wat Ta’dil pada hakikatnya satu bagian dari ilmu rijalul hadis, akan tetapi bagian ini dipandang penting, kemudian jadilah suatu ilmu yang berdiri sendiri.

Ilmu Jarhi wat Ta’dil adalah ilmu yang menerangkan tentang hal catatan-catatan yang dihadapkan kepada para perawi dan tentang penta’dilanya (memandang adil para perawi) dengan memakai kata-kata yang khusus dan tentang martabat-martabat kata-kata itu.[2] 

c. Ilmu Fan al-Mubhamat

Adalah ilmu untuk mengetahui nama orang-orang yang tidak disebut namanya didalam matan atau didalam sanad.[3] 


d. Ilmu ‘Ilal al-Hadis

Ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata, yang dapat mencacatkan hadis, jelasnya ilmu ini membahas tentang sualu illat yang berupa memutashilkan yang munqathi’, merafa’kan yang mauquf, memasukkan suatu hadis kedalam hadis yang lain.[4] 

e. Ilmu Gharib al-Hadis

Adalah ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan hadis yang sukar diketahui maknanya dan yang kurang terpakai oleh umum. Yang dibahas oleh ilmu ini adalah lafadz yang musykil dan susunan kalimat yang sukar difahami, tujuanya untuk menghindarkan penafsiran menduga-duga.[5] 

f. Ilmu Nasikh wa al-Mansukh

Adalah ilmu yang menerangkan hadis-hadis yang sudah dimansukhkan dan yang menasikhkanya. Ilmu ini bermanfaaat untuk pengamalan hadis bila ada dua hadis maqbul yang tanaqudh (bertentangan) yang tidak dapat dikompromikan atau dijama’.

Bila dapat dikompromikan, hanya sampai pada tingkat mukhtalif al-Hadis, kedua hadis maqbul tersebut dapat diamalkan. Bila tidak bisa dijama’ (dikompromikan), maka hadis maqbul yang tanaqudh tadi ditarjih atau dinaskh.[6] 

g. Ilmu Talfiq al-Hadis

Ilmu yang membahas tentang cara mengamalkan hadis-hadis yang berlawanan lahirnya. Ilmu ini juga disebut dengan ilmu Mukhtalif al-hadis. Bila dua hadis maqbul yang lahir maknanya bertentangan dapat dijama’ atau dikompromikan, maka kedua hadis tersebut diamalkan.

Cara talfiq al-Hadis antara lain mentakshis makna hadis yang umum, mentaqyidkan hadis yang muthlaq.[7] 

h. Ilmu Tashif wat Tahrif

Ilmu yang menerangkan hadis-hadis yang sudah diubah titiknya (mushahhaf) dan bentuknya yang dinamakan muharraf.[8] 

i. Ilmu Asbab Wurud al-Hadis

Ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi SAW menuturkan sabdanya dan masa-masanya Nabi SAW menuturkan.[9] Ilmu ini mempunyai kaitan erat dengan ilmu Tarikh al-Matan dan mempunya kaidah seperti ilmu Asbab Nuzul al-Qur’an. Ilmu asbab wurud al-hadis titik berat pembahasannya pada latar belakang dan sebab lahirnya hadis. 

Manfaat mengetahui asbab al-wurud al-hadis adalah untuk memahami dan menafsirkan hadis serta mengetahui hikmah-hikmah yang berkaitan dengan wurudnya hadis tersebut, atau mengetahui kekhususan konteks makna hadis. Cara mengetahui sebab wurudnya hadis adalah dengan melihat aspek riwayat atau sejarah yang berkaitan dengan peristiwa wurudnya hadis. 

j. Ilmu Mushthalah al-Hadis 

Ilmu yang menerangkan tentang pengertian-pengertian (istilah-istilah) yang dipakai oleh ahli-ahli hadis.

Penulisan Kitab-kitab Ilmu Hadis

Penulisan kitab-kitab Ilmu hadis, hal tersebut dimulai dengan munculnya kitab-kitab `Ilal dan Jarh wa Ta`dîl yang merupakan materi utama bagi kajian sanad. Di samping itu, periode awal juga ditandai dengan karya-karya seleksi riwayat, semisal yang disebutkan oleh Imam Asy-Syâfi'i dalam buku Ar-Risâlah dan yang disebutkan oleh Imam Muslim dalam pengantar (muqaddimah) buku Shahîh-nya.

Setelah itu kemudian muncul kitab-kitab Ulumul hadis yang lebih luas semisal karya Al-Hâkim dan karya Ar-Râmahurmûzî. Penulisan terhadap aneka cabang keilmuan hadis selanjutnya mendapatkan perhatian besar dari Al-Khathîb Al-Baghdâdy yang menulis Al-Kifâyah dan beberapa kitab Ulumul hadis secara terpisah.

Lalu aneka ragam cabang Ulumul hadis ini dihimpun, dirangkum, dan dimodifikasi oleh Ibnu Shalâh dalam Muqaddimah-nya. Dan karya-karya ilmu hadis berikutnya lebih sebagai ringkasan, syarah, atau komentar dan tambahan bagi kitab Ibnu Shalah tersebut. Setelah itu, kitab-kitab tentang Ulumul hadis dikenal dengan kitab “Musthalah”, karena memang lebih fokus pada pendefinisian istilah-istilah dibandingkan kaedah-kaedah inti.

Kitab-kitab itu misalnya yang ditulis oleh An-Nawawi, Ibnu Katsir, Al-`Irâqy (w. 806), Ibnu Hajar (w. 852), As-Sakhâwy (w.902), dan As-Suyuthy (w. 911). Di zaman ini, ada pula karya-karya Ulumul hadis yang senada dengan rumpun kitab Ibnu Shalah (metode Muta'akhkhirin) seperti karya Manna` Khalil Al-Qaththân dan Subhî Ash-Shâlih, tapi ada juga yang memperjuangkan kembali metode-metode Mutaqaddimin seperti karya-karya Syekh Hatim Al-`Auny dan Syekh Hamzah Al-Malibâry.

Manfaat Ilmu Hadis

Jika dilihat dari segi tujuan masing-masing ilmu, maka ilmu hadis riwayah bertujuan untuk memelihara syari’at Islam dan otentitas Sunnah Nabi SAW.

Sementara ilmu hadis dirayah bertujuan untuk meneliti hadis berdasarkan kaidah-kaidah atau persyaratan-persyaratan dalam periwayatan. 

Adapun jika kedua ilmu tersebut dilihat dari segi faedahnya, maka faedah mempelajari ilmu hadis riwayah adalah untuk menjauhkan kasalahan dalam periwayatan”, sementara faedah mempelajari ilmu hadis dirayah adalah untuk mengetahui mana hadis yang maqbul (diterima) dan mana yang mardud (tertolak).

Meskipun tampak secara dzahir persamaan antara Ilmu Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah, namun memiliki perbedaan dari tiga sisi, yakni; obyek, tujuan, dan faedah. Akan tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan karena hubungan keduanya merupakan satu sistem yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lain. Dengan kata lain ilmu hadis dirayah sebagai input dan Ilmu Hadis Riwayah sebagai output.

ENDNOTE

[1] Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu hadis,(Bulan Bintang : Jakarta, 1954), h.153
[2] Ibid, h.155
[3] Endang Soetari, Ilmu hadis Kajian Riwayah dan Dirayah (Mimbar Pustaka : Bandung, 2008), h.205
[4] Ibid, h.204
[5] Endang Soetari, Ilmu hadis Kajian Riwayah dan Dirayah……h. 200
[6] Ibid, h.202-203
[7] Ibid, h.203
[8] Ibid, h.205
[9] Ibid, h.201-202

Disusun Oleh: Akbar Ramadhan, H. Cecep Muhtadin dan Fuad Hakim

Ilmu-ilmu dalam ulumul hadis, manfaat ulumul hadis, penulisan ilmu-ilmu hadis, hadis riwayah, hadis dirayah

Labels:

Posting Komentar

[blogger][facebook]

SQ Blog

{picture#https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimSap9ccYY8FQp44yNvjVK6lRtOVpD-gpVKKWSk__oyc8ChkbooHIuh52uDXiZGchcOoPlIazgMEjOjQ5r0b-DftM48h8gDub2yWyKzDdH1VSYDrsmbf1qfYgl5hKaEuiAW8WAQeTmErDqcHjIm3C4GJKWRJv52o5uHAW10S2gOWj4o8nMsdahVxSo/s500/sq%20vlog%20official%20logo%20png%20full.png} SQ Blog - Wahana Ilmu dan Amal {facebook#https://web.facebook.com/quranhadisblog} {youtube#https://www.youtube.com/user/Zulhas1}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.