Hadis Hasan

SQ Blog - Mengenal hadis hasan, definisi, syarat, pembagian, hukum mengamalkan, dan kitab yang banyak memuat hadis hasan.

Definisi Hadis Hasan

Dari segi bahasa, kata hasan berasal dari kata “al husnu” yang bermakna al-jamal (keindahan).

Adapun menurut istilah, para ulama termasuk Ibnu Hajar Al Asqalani memberikan definisi hadis hasan dalam kitab “An Nukhbah”, yaitu: 

وخبر الاحاد بنقل عدل تام الضبط متصل السند غير معلل ولا شاذ هو الصحيح لذا ته, فإن خف الضبط فا الحسن لذاته 

Artinya: “Khabar ahad yang diriwayatkan oleh orang yang adil, sempurna kedhobitannya, bersambung sanadnya, tidak ber’illat, dan tidak ada syadz[1] dinamakan shohih lidzhati. Jika kurang sedikit ke-dhobith-annya, maka di sebut hasan lidzati”.[2] 

Dengan kata lain hadis hasan adalah: 

هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذ قل ضبته وخلا من الشذوذ والعلة 

Artinya: “Hadis hasan adalah hadis yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang yang adil, kurang sedikitke-dhobith-annya, tidak ada keganjilan (syadz), dan tidak ada ‘illat”.[3] 

Definisi para ulama lainnya dapat dilihat di bawah ini: 
  • At-Tirmizy, hadis yang di dalamnya tidak ada rawi yang tertuduh dusta, haditsnya tidak syadz, diriwayatkan pula haditsnya melalui jalan lain.[2]
  • Al-Khattabi, hadits yang orang-orangnya dikenal, terkenal makhrajnya dan dikenal para perawinya. Yang dimaksud dengan makhraj adalah dikenal tempat di mana dia meriwayatkan hadits itu. Seperti Qatadah buat penduduk Bashrah, Abu Ishaq as-Suba'i dalam kalangan ulama Kufah dan Atha' bagi penduduk kalangan Makkah.[3]
  • Jumhur ulama, hadits yang dinukilkan oleh seorang yang adil (tapi) tidak begitu kuat ingatannya, bersambung sanadnya dan tidak terdapat ‘illat serta kejanggalan matannya. 
Maka bisa disimpulkan bahwa hadits hasan adalah hadits yang pada sanadnya tidak terdapat orang yang tertuduh dusta, tidak terdapat kejanggalan pada matannya, dan hadits itu diriwayatkan dari beberapa sumber.

Kriteria hadis hasan memang hamper sama dengan hadis shahih. Perbedaanya hanya terletak pada sisi ke-dhobith-annya. Hadis shahih ke-dhobith-annya seluruh perawinya harus sempurna, 

Sedangkan dalam hadis hasan, kurang sedikit ke-dhobith-annya jika dibandingkan dengan hadis shahih. Tetapi, jika dibandingkan dengan ke-dhobith-an hadis dho’if, tentu tidak seimbang karena ke-dhobith-an perawi hadish asan lebih unggul.[6] Jadi, hadis hasan memiliki kedudukan di tengah-tengah, antara hadis shahih dan hadis dho’if. 

Syarat-Syarat Hadis Hasan

Semua syarat-syarat yang menjadi kategori hadis hasan telah disebutkan dalam definisi di atas, adapun secara ringkas yaitu: 
  1. Bersambung sanadnya
  2. Perawinya adil
  3. Perawinya dhobith, tetapi lebih rendah dari pada ke-dhobith-an hadis shahih
  4. Tidak ada ‘illat
  5. Tidak ada syadz.

Contoh Hadis Hasan 

Adapun salah satu contoh hadis hasan adalah hadis yang menjelaskan tentang usia umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, dari Al Hasan bin Urfah Al Maharibi, dari Muhammad bin Amir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shlallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: 

أعمارأمتى ما بين الستين الي السبعين وأقلهم يجوز ذلك 

artinya: “Usia ummatku hanya sekitar 60 sampai 70 tahun, dan hanya sedikit sekali yang melewati demikian itu.” 

Semua perawi dalam hadis di atas tsiqah semua kecuali “Muhammad bin Amir”, dia adalah “shaduq”, artinya“sangat benar”. Para ulama hadis manilai bahwa “shoduq” tidak mencapai “dhobith tamm”, sekalipun telah mencapai keadilan.[7]

Macam-Macam Hadis Hasan 

Sebagimana hadis shahih terbagi menjadi dua macam, maka hadis hasan pun terbagi menjadi dua macam, yaitu “hadis hasan lidzatih” dan “hadis hasan lighayrih”. 

a. Hadis Hasan Lidzatih 

Hadis hasan lidzatih adalah hadis yang hasan dengan sendirinya karena telah memenuhi segala kriteria dan persyaratan yang ada dan bukan faktor lain di luarnya.[8]

b. Hadis Hasan Lighairih 

Hadis hasan lighairih adalah kebalikan dari hadis hasan lidzatih, yaitu hadis awalnya dho’if dan menjadi hadis hasan karena ada riwayat lain yang sama dan lebih kuat. 

Mengenai hadis hasan lighairih ini, ada beberapa pendepat, di antaranya: 

هو الحديث الضعيف إذا روى من طريق أخرى مثله أو أقوى منه 

artinya: “Yaitu hadis dho’if jika diriwayatkan melalui jalan (sanad) lain yang sama atau lebih kuat”.[9]

Pendapat lain mengatakan: 

هو الضعيف إذا تعدّدت طرقه ولم يكن سبب ضعفه فسق الراوى أو كذبه 

Artinya: “Yaitu hadis dho’if jika berbilang jalan sanadnya dan sebab kedho’ifannya bukan karena kefasikan atau kedustaan perawinya”.[10]

Dari definisi-definisi di atas dapat kita pahami bahwa hadis dho’if bisa naik menjadi hasan lighairih dengan dua syarat, yaitu:[11] 
  1. Harus ditemukan periwayatan sanad (jalan) yang lain yang seimbang atau lebih kuat
  2. Sebab kedho’ifannya tidak berat seperti dusta dan fasik, tetapi hal yang ringan, seperti hafalan yang kurang dan sebagainya.
Contoh hadis hasan lighoirih, diriwayatkan oleh Ibnu majah dari Al Hakam bin Abdul Malik, dari Qatadah, dari Sa’id bin Musyayyab, dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi Shallallahu “alaihi Wasallam bersabda: 

لعن الله العقرب لا تدع مصليا و لا غيره فـأقـتـلوها فى الحل والحرم 

Artinya: “Allah melaknat kalajengking, maka janganlah Engkau membiarkannya, baik dalam keadaan shalat, maupun yang lain, maka bunuhlah ia di tanah halal atau di tanah haram”.[12]

Hadis di atas adalah hadis dho’if karena “Al hakam bin Abdul Malik adalah seorang yang dho’if, tetapi terdapat sanad yang lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Qatadah, dari sa’id bin Musyayyab sampai kepada Nabi. Maka hadis ini naik derajatnya menjadi hasan lighairih.[13]

Kitab-kitab yang banyak Memuat Hadis Hasan

Di antara kitab-kitab yang memuat hadis hasan, di antaranya adalah sebagai berikut: 

a. Sunan At-tirmidzi 

Kitab ini di karang dan pertama kali diperkenalkan oleh Imam Tirmidzi. Pada awalnya pembagian hadis berdasarkan kualitasnya hanya ada dua, yaitu hadis shahih dan hadis dho’if. Sehingga jika ada hadis yang setelah mempertimbangkan ternyata terdapat cacat sedikit saja, misalnya dhobith yang kurang sempurna sedikit, maka hadis ini dimasukkan kedalam golongan hadis dho’if, maka dari sinilah muncul kesimpulan untuk mengambil jalan tengah, yaitu hadis hasan. Di dalam kitab inilah Imam tirmidzi mempopulerkan istilah hadits hasan, dan tergolong orang yang sering menyebutkannya.[14]

Menurut Abdullah ibnu Muhammad Al Anshary, kitab-kitab At Tirmidzi lebih bermanfaat dari pada kitab Al Bukhari dan Muslim karena yang dapat mengambil faidah dari kitab Al Bukhari dan Muslim hanyalah orang-orang yang sudah memiliki ilmu yang luas.[15]

Menurut An Nawawi, kitab Tirmidzi ini pertama kali memunculkan hadis hasan, yang memperkenalkan dan banyak menyebut dalam kitabnya, walaupun secara terpisah di temukan pada sebagian syeikh pada generasi sebelumnya.[16] Ibnu Taimiyah mempertegas bahwa At Tirmidzi-lah orang yang pertama kali memperkenalkan pembagian hadis dari segi kualitasnya kepada shahih, hasan dan dho’if.[17]

b. Sunan Abu Dawud 

Kitab ini dikarang oleh Imam Abu Dawud. Di dalam hadis ini terdapat hadis shahih, hasan, bahkan hadis dho’if tetapi tetap dijelaskan kedho’ifannya. Adapun hadis yang tidak jelaskankedho’ifannya dan tidak pula dijelaskan keshahihannya, maka para ulama menilai hadis ini sebagai hadis hasan. Abu Dawud sendiri mengatakan : 

“Aku telah menulis hadits Rasul sebanyak 500.000 hadits, kemudian aku pilih sejumlah 4.800 lalu aku masukkan ke dalam kitab ini”[18]

c. Sunan Ad-Daruquthni 

Kitab ini dikarang oleh Imam Ad Daruquthni, dan di dalam kitab ini banyak memuat hadis hasan.

Istilah Hadis Hasan-Shahih Imam At-Tirmidzi

Sering sekali terhadap suatu hadis, Imam Tirmidzi mengatakan : “Hasan Shahih”. Hadis yang dinilai oleh Imam Tirmidzi sebagai hadis hasan shahih berarti memiliki lebih dari satu sanad, artinya beliau menilai salah satu sanad itu shahih dan yang lainnya hasan. 

Adapun makna secara terperici tentang ungkapan At Tirmidzi “Hadis Hasan Shahih” , adalah sebagai berikut:[19] 
  1. Hadis tersebut memiliki dua sanad, yang satus hahih dan yang lain hasan.
  2. Terjadi perbedaan dalam penilaian hadis, artinya sebagian berpendapat shahih dan sebagian berpendapat hasan.
  3. Dinilai hasanl idzatih dan shahih lighairih.

Berhujjah dengan Hadis Hasan

Hadis hasan dengan kedua jenisnya dapat dijadikan hujjah dan diamalkan sebagaimana hadis shahih, meskipun hadis hasan ini memiliki kekuatan di bawah hadis shahih. Semua ‘ulama fiqhi dan sebagian ‘ulama hadis telah mengamalkan hadis hasan ini, kecuali hanya sedikit sekali dari kalangan orang yang sangat ketat dalam mempersyaratkan dalam menerima hadis. Bahkan sebagian Muhadditsin (ulamahadis) yang mempermudah dalam persyaratan shahih memasukkannya kedalam hadis shahih, seperti Imam Al Hakim, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah. 

DAFTAR PUSTAKA
  • Al Khatib, Muhammad ‘Ajaj, 2007, Ushul al Hadits, cet. Ke-4, Jakarta:Gaya Media Pratama. 
  • Thahan, Mahmud, 2005, Ilmu Hadits Praktis, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah. 
  • Khon, Abdul Majid, 2008, Ulumul Hadis, Jakarta: AMZAH. 
  • Ash Shadiqiy, Teungku Muhammad Hasbi, 2009, Sejarah dan Pengantar ilmu Hadits, Semarang: Pustaka Rizki Putra. 
  • Ismail, Muhammad Shuhudi, 2007, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, cet.ke-2, Jakarta: bulan bintang.
Disusun Oleh: Muh. Saharuddin, Andi PurnomoAbdus Samik

Hadis hasan, contoh hadis hasan, definisi hadis hasan, macam-macam hadis hasan

Labels:

Posting Komentar

[blogger][facebook]

SQ Blog

{picture#https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimSap9ccYY8FQp44yNvjVK6lRtOVpD-gpVKKWSk__oyc8ChkbooHIuh52uDXiZGchcOoPlIazgMEjOjQ5r0b-DftM48h8gDub2yWyKzDdH1VSYDrsmbf1qfYgl5hKaEuiAW8WAQeTmErDqcHjIm3C4GJKWRJv52o5uHAW10S2gOWj4o8nMsdahVxSo/s500/sq%20vlog%20official%20logo%20png%20full.png} SQ Blog - Wahana Ilmu dan Amal {facebook#https://web.facebook.com/quranhadisblog} {youtube#https://www.youtube.com/user/Zulhas1}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.